Home » Main » Musim panas telah kembali, libur lebaran di Yogyakarta dinantikan datangnya musim hujan lagi

Musim panas telah kembali, libur lebaran di Yogyakarta dinantikan datangnya musim hujan lagi

TEMPO.CO, Musim panas telah kembali, libur lebaran di Yogyakarta dinantikan datangnya musim hujan lagi  Yogyakarta – Musim panas di Yogyakarta seharusnya sudah berlalu, meski pada akhir Maret curah hujan sudah mulai berkurang. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG Yogyakarta menyebutkan musim kemarau di Daerah Istimewa Yogyakarta atau DIY diperkirakan terjadi pada awal Mei atau 1 Mei, bukan pada April. Daerah DIY yang mengalami musim kemarau pada awal Mei antara lain Kabupaten Sleman bagian utara, Kabupaten Kulon Progo bagian utara, Kabupaten Gunungkidul Tengah dan Selatan, Kota Yogyakarta, kata Direktur Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta, Warjono, Rabu, 20 Maret 2024.

Musim panas telah kembali, libur lebaran di Yogyakarta dinantikan datangnya musim hujan lagi  Jika merujuk pada masa libur bersama dan perayaan Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 8 hingga 15 April 2024, sektor DIY saat ini masih memasuki musim hujan. Menurut BMKG, perubahan atau masa peralihan dari hujan ke kemarau inilah yang patut kita waspadai. Terutama bagi mereka yang mudik saat Idul Fitri. “Pada masa peralihan monsun ke musim panas, yaitu April hingga Mei, kita harus mewaspadai kemungkinan terjadinya cuaca buruk, peningkatan intensitas hujan lebat, dan banjir yang disertai petir dan angin kencang,” kata Warjono.

Kondisi cuaca yang berubah-ubah mirip dengan yang terjadi minggu ini. Meski awal pekan ini pertumbuhan awan terpantau satelit kecil, namun kondisi cuaca cerah dan awan tersebut hanya bertahan hingga 21 Maret 2024.

Prakiraan cuaca DIY selama tiga hari yang dikeluarkan BMKG menunjukkan pada 22-23 Maret 2024, hujan sedang, kebakaran, dan angin kencang akan kembali terjadi di Kota Yogyakarta, Sleman, dan Kulonprogo bagian utara. Minimnya curah hujan pada akhir Maret ini, kata Warjono, disebabkan oleh rendahnya pusat tekanan di wilayah barat dan utara Australia, yang diikuti dengan perambatan atau divergensi angin saat ini di wilayah tersebut. Pulau Jawa dan perairan Selatan Pulau Jawa. Pengamatan Osilasi Madden Julian tersedia pada pukul 7 malam (Pasifik Barat). “Situasi ini menunjukkan kurangnya komitmen terhadap cloud computing di Indonesia, termasuk Yogyakarta,” ujarnya.

Namun demikian, suhu laut atau SML, baik harian maupun mingguan, di Laut Jawa dan Samudera Hindia di selatan Jawa terpantau hangat antara 29 hingga 32 derajat Celcius. Anomali SML ditemukan positif atau hangat sehingga meningkatkan potensi penguapan atau kadar air di atmosfer wilayah DIY.